Pada tahun 1950-an, beton dikategorikan mempunyai mutu tinggi jika kekuatan tekannya 30 MPa. Tahun 1960- 1970an, kriterianya naik menjadi 40 MPa.Saat ini beton dikatakan sebagai beton mutu tinggi jika kekuatan tekannya diatas 50 MPa dan diatas 80 MPa adalah beton mutu sangat tinggi. Banyak parameter ang mempengaruhi kekuatan tekan beton, diantaranya adalah kualitas bahan – bahan penyusunnya, rasio air – semen yang rendah dan kepadatan yang tinggi pula. Beton segar yang dihasilkan dengan memperhatikan parameter tersebut biasanya sangat kaku, sehingga sulit dibentuk atau dikerjakan terutama pada pengerjaan pemadatan. Dengan semakin banyaknya pabrikan yang menghasilkan bahan admixture sebagai bahan pengencer dari beton yang berefek mencairkan beton tanpa menambah campuran air dalam beton, maka hal ini tidak menjadi masalah ( M.S. Besari, 2003).
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi, yaitu :
Faktor Air Semen
Semakin besar nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan beton. Dengan demikian, untuk menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi FAS dalam beton haruslah rendah. Umumnya nilai FAS minimum untuk beton normal sekitar 0.4 dan nilai maksimum 0.65. Tujuan pengurangan FAS ini adalah untuk mengurangi hingga seminimal mungkin porositas beton yang dibuat sehingga akan dihasilkan beton mutu tinggi. Pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, FAS dapat diartikan sebagai water to cementious, yaitu berat air terhadap berat total semen dan aditif cementiuos yang ditambahkanoada campuran beton mutu tinggi ( Supartono, 1998).
Kualitas Agregat Halus ( Pasir)
Bentuk agregat halus akan mempengaruhi kualitas mutu beton yang dibuat. Agregat berbentuk bulat mempunyai rongga udara minimum 33% lebih kecil dari rongga udara yang dipunyai oleh agregat berbentuk, beton yang dihasilkan akan mempunyai rongga udara yang lebih sedikit. Tekstur permukaamn agregat halus yang bertekstur halus akan lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan agregat dengan permukaan kasar. Dengan semakin sedikitnya air yang dibutuhkan kemungkinan menghasilkan beton yang bermutu tinggi lebih besar menggunakan agergat kasar.
Modulus halus butir ( finnes modulus) atau yang biasa disingkat MHB ialah sesuatu indeks yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran bitur – butir agergat. MHB didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butir agregat yang tertinggal ( retained) diatas satu set ayakan ( 38.9, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, dan 0.15 MM), kemudian nilai tersebut dibagi 100 ( Abrams, 1918 ). Semakin besar nilai MHB suatu agregat, semakin besar butiran agregat. Umumnya agregat halus mempunyai MHB sekitar 1.50 – 3.8. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai MHB 1,5 < MHB < 3,0. Umumnya menghasilkan beton mutu tinggi dengan FAS yang rendah dan mempunyai kekuatan tekan dan kebecekan yang optimal ( Larrard, 1990 ).
Gradasi yang baik dan teratur ( contionus) dari agregat halus besar kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi dibandingkan dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi yang baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45% dan tertanam pada ayakan berikutnya.
Kebersihan agregat juga akan sangat mempengaruhi dari mutu beton yang akan dibuat terutama dari zat – zat yang dapat merusak baik pada saat beton muda maupun beton yang sudah mengeras.
Kualitas Agregat Kasar
Kekuatan agregat bervariasi dalam batas yang besar. Butir – butir agregat dapat bersifat kurang kuat karena dua hal. Pertama, karena terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam hal pengikatan ( interlocking ). Kedua, porositas yang besar akan mempengaruhi keuletan atau ketahanan terhadap beban kejut. Dalam pemilihan agregat kasar, porosiyas yang rendah merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menghasilkan suatu adukan beton yang seragam, dakam artian mempunyai keteraturan dan keseragaman yang baik pada mutu maupun parameter yang lain dibutuhkan. Akan sangat baik jika akan digunakan membentuk beton mutu tinggi daya serap air sebesar tidak lebih dari 1%. Karena hal ini akan sangat berhubungan dengan pengendalian kandungan air pada campuran beton, yang dapat mengakibatkan ketidakteraturan atau deviasi yang sangat besar pada mutu yang akan dihasilkan.
Bentuk fisik dari agregat kasar yang bersudut titik agregat ini mempunyai Sudut – Sudut yang tampak jelas yang terbentuk di tempat – tempat perpotongan bidang –bidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini bewrkisar antara 38% – 40%, dengan demikian membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar mudah dikerjakan untuk mengurangi rongga ini dikombinasikan dengan butiran agregat halus yang berbentuk bulat. Beton yang dihasilkan dengan menggunakan agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi karena ikatan antara agregat baik yang kuat.
Ukuran butir maksimum agregat juga akan mempengaruhi mutu beton ysng akan dibuat. Hasil penelitian Larrard (1990) menebutkan bahwa butiran maksimum yang memberikan bukti nyata untu membuat beton mutu tinggi tidak boleh lebih dari 15mm.
Namun demikian pemakaian butiran agregat sampai dengan 25mm masih memungkinkan diperolehnya beton mutu tinggi dalam proses produksinya.
Gradasi yang baik dan teratur(continous)dari agregat kasar besar kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi dibandingkan dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi yang baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45% dan tertahan pada ayakan berikutnya. Kebersihan agregat juga akan sangat mempengaruhi daru mutu beton yang akan dibuat terutama dari zat-zat yang dapat merusak baik pada saat beton muda maupun beton sudah mengeras.
4. Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
Bahan tambah yang bersifat kimiawi ( chemical admixture )
Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat
pelaksanaan pengecoran ( plecing )
2. Bahan tambah yang bersifat mineral ( additive)
Bahan tambah additive ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan. Bahan tambah tambah additive merupakan bahan tambah yang lebih banyak digunakan untuk penyemenan jadi bahan tambah additive lebih banyak digunakan untuk perbaikan kinerja kekuatannya.
Bahan tambah kimia yang banyak yang digunakan untuk memperbaiki kinerja beton mutu tinggi umumnya yang bersifat yang memperbaiki kelecakan. Bahan tambah ini dikelompokkan kedalam high range water reducing admixtures.Water reducing admixture adalah bahan tambah yang mengurangi air pecampur yang diperlukan untuk dihasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Water – Reducing admixture digunakan antara lain untuk dengan tidak mengurangi kadar semen dengan nilai slump untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air semen ( WCR ) yang rendah. Penggunaan bahan tanbah mineral ( additive) untuk membentuk neton mutu tinggi pada saat ini sudah merupakan bagian yang mutlak. Bahan tambah digunakan dan populer adalah abu terbang yang merupakan hasil residu pebangkit tenaga listrik tenaga uap yang menggunakan batu bara jenis antrasit atau bitumen. Karena sifatnya yang mengandung pozollan maka bahan ini sangat baik jika digunakan untuk membentuk beton mutu tinggi.
Pozollan adalah bahan yang mempunyai kandungan utama silica dan alumina dan didapat dari sumber alam maupun buatan. Seperti dijelaskan di atas, bagian interface merupakan bagian yang terlemah dari beton. Penambahan abu terbang yang mengandung CSH maka akan memberikan beberapa keuntungan :
Mengurangi keberadaan unsure kalsium sampai dengan hidroksida didalam beton yang merupakan bagian yang lemah beton, serta menggantikannya setelah bereaksi dengan SiO2 menjadi kalsium sampai dengan silikat sampai dengan hidrat ( CSH Gel) yang selanjutnya akan memberikan penu\ingkatan kekuatan beton.
Pozollan yang berbutir halus akan mengisi pori – pori sehingga porositasnya menjadi rendah.
Pengurangan kalsium sampai dengan hidroksida oleh SiO2 akan mengurangi sensitifitas terhadap ketahanan sulfat, yang juga didukung oleh meningkatnya kerapatan beton yang pada akhirnya akan meningkatnya kekedapan terhadap air.
Pozzofume atau super fly ash dapat pula digunakan sebagai bahan tambah alternative selain abu terbang.
5. Kontrol Kualitas
Untuk dapat menghasilkan beton yang bermutu tinggi faktor control terhadap kualitas proses produksi beton pada saat pengambilan sample pengujian maupun proses penakaran sampai perawatan mutlak menjadi perhatian penting. Pengawasan dan pengendalian yang tepat dari keseluruhan prosedur dari pelaksanaan yang didukung oleh kordinasi operasional akan lebih meningkatkan kualitas mutu beton yang dihasilkan.
Kamis, 22 September 2011
Minggu, 04 September 2011
Excel Sederhana untuk Teknik Sipil : Desain Tulangan Geser Struktur Beton Balok
Anda seorang Mahasiswa atau Sarjana Teknik Sipil ??
Bagi para mahasiswa Teknik Sipil pastilah tidak asing lagi dengan mata kuliah Struktur Beton Bertulang?! Karena mata kuliah ini, khususnya di kampus saya dulu di Teknik Sipil , merupakan salah satu mata kuliah WAJIB yang harus diambil oleh para mahasiswa jurusan Teknik Sipil. Bagaimana dengan kampus Teknik anda? Bisa jadi sama dengan saya, iya kan?
Salah satu materi yang diajarkan pada mata kuliah Struktur Beton Bertulang diantaranya adalah tentang bagaimana mendesain tulangan pada struktur beton, terutama tulangan pada balok dan kolom pada struktur bangunan beton? Ada beberapa istilah tulangan yang sering dipakai pada struktur beton, diantaranya ada istilah tulangan tunggal, tulangan rangkap, tulangan geser (sengkang), tulangan tarik, tulangan tekan, dan lain-lain.
Desain Tulangan Geser Balok menggunakan Rumus Sederhana Excel
Khusus untuk desain tulangan geser (sengkang) pada struktur beton balok, sesuai dengan mata kuliah Struktur Beton Bertulang yang pernah saya pelajari dan pahami. Selain itu, juga karena ada tuntutan Tugas Besar Struktur Beton Bertulang yang wajib dikerjakan pada waktu kuliah dulu yang diantara tugasnya adalah harus mendesain tulangan geser pada struktur balok yang dirancang. Maka pada suatu saat, saya coba membuat rumus sederhana di Microsoft Excel untuk mendesain dan merancang tulangan geser atau sengkang pada struktur beton balok bangunan berdasarkan data rencana yang diberikan.
Tentu saja, tujuan utama saya membuat Rumus Excel ini adalah untuk mempermudah menyelesaikan Tugas Besar Beton saya tersebut (dan juga Tugas Besar teman-teman kuliah saya yang lain…Hehe !!).
Rumus Desain Tulangan Geser Balok ini saya susun dan rancang sesuai dengan pedoman dan rumus-rumus perhitungan tulangan geser yang saya pahami dari materi kuliah di kampus maupun modul/buku pelajaran beton yang terkait. Tentu saja, saya tidak bisa menjamin 100% hasil perhitungannya sama persis dengan hasil perhitungan jika menggunakan aplikasi Beton atau Teknik Sipil lain yang lebih lengkap dan akurat. Namun setidaknya, bagi saya sendiri, Rumus Excel sederhana ini sudah cukup menolong saya dalam menyelesaikan Tugas Besar Beton saya waktu kuliah dulu di Teknik Sipil UNLAM Banjarbaru.
Berikut ini adalah beberapa screenshot tampilan dari Rumus Excel : Desain Tulangan Geser Balok tersebut.
Download Gratis
Jika anda berminat untuk memiliki dan mempelajari Rumus Excel buatan saya ini, khususnya ditujukan bagi mereka para mahasiswa / sarjana Teknik Sipil, ataupun bagi mereka yang bergelut di bidang Teknik Sipil atau perencanaan bangunan, silahkan anda download gratis…DISINI
Semoga Rumus Excel sederhana ini bisa menjadi tambahan referensi bagi anda dalam merencanakan tulangan geser pada Struktur Beton Balok. Dan semoga hasilnya juga cukup akurat dan sesuai dengan harapan anda…Hehe !!!
THANKS YOU..
Grafik Kapasitas Profil Baja WF
Kali ini kami mau berbagi sebuah..eh.. beberapa buah grafik yang bisa dijadikan "pedoman singkat" dalam mendesain elemen baja dalam menahan beban lentur dan aksial tekan, khusus profil WF. Lha.. kenapa hanya WF? Karena baru itu yang kami punya..
Grafik ini kami buat di MS Excel, dengan mengambil profil baja WF dari Gunung Garuda. Yang sedikit "tidak biasa" dalam pembuatan grafik ini adalah metode dan kode/standard yang digunakan. Kami tidak menggunakan standar perencanaan baja yang kebanyakan digunakan di Indonesia, baik itu SNI-Baja-2002 maupun AISC-LRFD. Akan tetapi kami menggunakan Australian Standard, AS-4100.
Bagaimana wujud grafiknya?
Grafik Kapasitas Momen Lentur vs Panjang Bentang Efektif
Kalau kita pernah melihat grafik kapasitas momen lentur profil WF ala SNI atau AISC-LRFD, bentuknya niscaya mirip-mirip serupa tak sama. Kurang lebih seperti ini bentuknya.
Ternyata, jika dihitung dengan menggunakan standar Australia, hasilnya mendekati sama. Ya iyalah...emang harus begitu! Yang membedakan hanyalah metodenya. Jika di SNI mengenal pembatasan panjang bentang (pendek, menengah, panjang) untuk kontrol tekuk torsi lateral, maka di AS-4100 tidak demikian. Tekuk torsi lateral tetap diperhitungkan, tapi bukan dengan pembatasan panjang bentang, melainkan dengan sebuah faktor reduksi kelangsingan (slenderness reduction factor), disimbolkan sebagai . Sementara sendiri salah satunya dipengaruhi oleh reference buckling momen .
Untuk kapasitas momen lentur, AS-4100 menggunakan simbol , dengan nilai .
Bentuk grafiknya adalah sebagai berikut:
(nb : silahkan klik grafik untuk melihat ukuran yang lebih besar)
Bagaimana cara menggunakan grafik tersebut?
Grafik ini mempunyai minimal dua kegunaan. Yang pertama, untuk mengetahui kapasitas suatu profil WF pada panjang bentang tertentu. Dan yang kedua, untuk mencari profil WF yang cocok atau efektif digunakan pada sebuah bangunan struktur baja.
Cara menggunakannya sangat sederhana. Sumbu mendatar adalah sumbu panjang efektif bentang , sumbu tegak adalah kapasitas momen lentur terfaktor . Dan tiap grafik merepresentatifkan profil WF yang berbeda yang tipe dan ukurannya diberikan di kotak legend di sebelahnya.
Panjang Efektif
Menentukan panjang efektif tidaklah susah. Hanya butuh "sense of engineering". Panjang efektif yang dimaksud di garfik ini adalah, minimum dari:
1. Panjang bentang (jarak antar tumpuan)
2. Jarak antar pengaku lateral (jika ada)
Grafik Kapasitas Aksial Tekan
Selain lentur, kami juga menyediakan grafik untuk kapasitas aksial tekan profil baja WF. Bentuknya seperti ini:
Bentuknya hampir sama dengan lentur ya? Tentu saja. Soalnya pada perhitungan kapasitas tekan, panjang bentang juga berpengaruh terhadap perilaku tekuk batang tekan. Semakin langsing (panjang efektifnya besar), semakin mudah mengalami tekuk, terutama pada sumbu lemah.
Insya Allah, hitung-hitungan kapasitas tekan akan menyusul.
Oh iya.. hampir lupa.. mutu baja yang digunakan pada grafik di atas adalah 240 MPa.[]
Grafik ini kami buat di MS Excel, dengan mengambil profil baja WF dari Gunung Garuda. Yang sedikit "tidak biasa" dalam pembuatan grafik ini adalah metode dan kode/standard yang digunakan. Kami tidak menggunakan standar perencanaan baja yang kebanyakan digunakan di Indonesia, baik itu SNI-Baja-2002 maupun AISC-LRFD. Akan tetapi kami menggunakan Australian Standard, AS-4100.
Bagaimana wujud grafiknya?
Grafik Kapasitas Momen Lentur vs Panjang Bentang Efektif
Kalau kita pernah melihat grafik kapasitas momen lentur profil WF ala SNI atau AISC-LRFD, bentuknya niscaya mirip-mirip serupa tak sama. Kurang lebih seperti ini bentuknya.
Ternyata, jika dihitung dengan menggunakan standar Australia, hasilnya mendekati sama. Ya iyalah...emang harus begitu! Yang membedakan hanyalah metodenya. Jika di SNI mengenal pembatasan panjang bentang (pendek, menengah, panjang) untuk kontrol tekuk torsi lateral, maka di AS-4100 tidak demikian. Tekuk torsi lateral tetap diperhitungkan, tapi bukan dengan pembatasan panjang bentang, melainkan dengan sebuah faktor reduksi kelangsingan (slenderness reduction factor), disimbolkan sebagai . Sementara sendiri salah satunya dipengaruhi oleh reference buckling momen .
Untuk kapasitas momen lentur, AS-4100 menggunakan simbol , dengan nilai .
Bentuk grafiknya adalah sebagai berikut:
(nb : silahkan klik grafik untuk melihat ukuran yang lebih besar)
Bagaimana cara menggunakan grafik tersebut?
Grafik ini mempunyai minimal dua kegunaan. Yang pertama, untuk mengetahui kapasitas suatu profil WF pada panjang bentang tertentu. Dan yang kedua, untuk mencari profil WF yang cocok atau efektif digunakan pada sebuah bangunan struktur baja.
Cara menggunakannya sangat sederhana. Sumbu mendatar adalah sumbu panjang efektif bentang , sumbu tegak adalah kapasitas momen lentur terfaktor . Dan tiap grafik merepresentatifkan profil WF yang berbeda yang tipe dan ukurannya diberikan di kotak legend di sebelahnya.
Panjang Efektif
Menentukan panjang efektif tidaklah susah. Hanya butuh "sense of engineering". Panjang efektif yang dimaksud di garfik ini adalah, minimum dari:
1. Panjang bentang (jarak antar tumpuan)
2. Jarak antar pengaku lateral (jika ada)
Grafik Kapasitas Aksial Tekan
Selain lentur, kami juga menyediakan grafik untuk kapasitas aksial tekan profil baja WF. Bentuknya seperti ini:
Bentuknya hampir sama dengan lentur ya? Tentu saja. Soalnya pada perhitungan kapasitas tekan, panjang bentang juga berpengaruh terhadap perilaku tekuk batang tekan. Semakin langsing (panjang efektifnya besar), semakin mudah mengalami tekuk, terutama pada sumbu lemah.
Insya Allah, hitung-hitungan kapasitas tekan akan menyusul.
Oh iya.. hampir lupa.. mutu baja yang digunakan pada grafik di atas adalah 240 MPa.[]
Kamis, 01 September 2011
Desain Balok Beton Bertulang (2)
Kata engineer "awam", desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya saja. Eits... itu memang benar... menurut mereka. Tapi, sebagai orang yang "lebih" mengerti struktur, apakah kita langsung mengiyakan? Mendesain balok beton tidak sesederhana itu. Masih ada beberapa hal yang perlu diperiksa, salah satunya adalah sengkang yang konon ampuh dalam menahan gaya geser. Di bagian kedua ini kita akan mengecek dan mendesain tulangan sengkang untuk balok dalam menahan gaya geser.
Apakah gaya geser itu penting? Tentu saja. Gaya geser bisa "disamakan" dengan momen lentur per satuan panjang, atau bisa dituliskan sebagai . Kalo di-bahasa-matematika-kan, gaya geser dalah turunan pertama momen lentur terhadap jarak. Contoh: kalau diagram momen lenturnya berbentuk kurva pangkat dua (derajat dua), maka diagram gesernya niscaya berbentuk linear pangkat satu (derajat satu).
Untuk gambar di atas, persamaan momen lentur di titik x (diukur dari tumpuan A) adalah:
sementara gaya gesernya adalah
Kalau diagram momen lenturnya linear derajat satu, niscaya diagram gaya gesernya konstan (derajat nol).
adalah jarak momen terpusat dari tumpuan kiri.
Ada nggak diagram momen lentur derajat tiga? empat? lima?... Jawabnya, ada. Secara teoritis ada. Tapi aktualnya sangat jarang. Kalo diagram momen berderajat tiga bisa terjadi pada beban merata berbentuk segitiga atau trapesium.
Kami kira pemanasannya cukup, kita masuk ke pokok permasalahan.
Perencanaan Balok Terhadap Geser
Konsep : geser maksium pada balok sederhana umumnya terjadi di daerah sekitar tumpuan atau di sekitar beban terpusat yang cukup besar. Untuk perencanaan yang biasa (normal), gaya geser dipikul oleh beton dan tulangan sengkang. Sedangkan untuk perencanaan "luar biasa", misalnya memikul geser pada saat gempa, kadang beton tidak diikutkan dalam memikul geser dengan asumsi bahwa beton pada saat itu sudah retak dan mulai hancur akibat beban gempa yang memang sifatnya destruktif alias merusak.
Prosedur
Ada beberapa hal penting yang dituliskan di dalam SNI-Beton-2002 mengenai perencanaan terhadap geser ini.
Apakah gaya geser itu penting? Tentu saja. Gaya geser bisa "disamakan" dengan momen lentur per satuan panjang, atau bisa dituliskan sebagai . Kalo di-bahasa-matematika-kan, gaya geser dalah turunan pertama momen lentur terhadap jarak. Contoh: kalau diagram momen lenturnya berbentuk kurva pangkat dua (derajat dua), maka diagram gesernya niscaya berbentuk linear pangkat satu (derajat satu).
Untuk gambar di atas, persamaan momen lentur di titik x (diukur dari tumpuan A) adalah:
sementara gaya gesernya adalah
Kalau diagram momen lenturnya linear derajat satu, niscaya diagram gaya gesernya konstan (derajat nol).
adalah jarak momen terpusat dari tumpuan kiri.
Ada nggak diagram momen lentur derajat tiga? empat? lima?... Jawabnya, ada. Secara teoritis ada. Tapi aktualnya sangat jarang. Kalo diagram momen berderajat tiga bisa terjadi pada beban merata berbentuk segitiga atau trapesium.
Kami kira pemanasannya cukup, kita masuk ke pokok permasalahan.
Perencanaan Balok Terhadap Geser
Konsep : geser maksium pada balok sederhana umumnya terjadi di daerah sekitar tumpuan atau di sekitar beban terpusat yang cukup besar. Untuk perencanaan yang biasa (normal), gaya geser dipikul oleh beton dan tulangan sengkang. Sedangkan untuk perencanaan "luar biasa", misalnya memikul geser pada saat gempa, kadang beton tidak diikutkan dalam memikul geser dengan asumsi bahwa beton pada saat itu sudah retak dan mulai hancur akibat beban gempa yang memang sifatnya destruktif alias merusak.
Prosedur
- Bahan-bahan yang diperlukan adalah gaya geser ultimate , dan dimensi balok dan .
- Hitung kapasitas penampang beton dalam menahan gaya geser, sesuai SNI-Beton-2002 butir 11.3(1(1)):
catatan : , dan .
di atas adalah kuat geser beton dalam kondisi normal.
Kalo ada gaya tekan aksial atau momen lentur yang terjadi bersamaan pada penampang yang ditinjau, persamaan yang digunakan beda lagi. Tapi karena yang kita bahas adalah balok sederhana, gaya aksial tida terjadi, dan... momen lentur maksimum terjadi di tengah bentang, sedangkan geser maksimum di daerah tumpuan. - Bandingkan yang telah dihitung sebelumnya dengan dari hasil analisis struktur.
- Jika , maka tidak perlu tulangan geser/sengkang. Walaupun pada pelaksanaannya tulangan sengkang itu tetap dipasang hanya sekedar untuk "memegang" tulangan utama (longitudinal).
- Jika , maka perlu tulangan geser. Gaya geser yang dipikul oleh tulangan sengkang adalah
- Jika , maka gunakan tulangan sengkang minimum
- Jika , maka tulangan sengkangnya adalah
dimana jarak spasi harus memenuhi:
- Jika , maka masih sama dengan nomor 2 di atas, tapi batasan jarak spasi menjadi lebih rapat:
- Jika , maka gunakan tulangan sengkang minimum
- Jika , itu artinya penampang betonnya kurang besar.
- Jika pada perhitungan no.3 di atas menghasilkan kebutuhan tulangan geser , maka kita dapat menentukan kombinasi dan yang cocok dan memenuhi standar. dihitung sebagai luas satu batang tulangan sengkang dikalikan jumlah kaki-kakinya.
dimana adalah luas satu tulangan sengkang.
Ada beberapa hal penting yang dituliskan di dalam SNI-Beton-2002 mengenai perencanaan terhadap geser ini.
- Menurut butir 11.1(2(3)), gaya geser maksimum dihitung pada penampang kritis, yaitu penampang yang berjarak dari muka tumpuan, dan tidak ada beban terpusat yang bekerja di antara muka tumpuan dan penampang kritis tersebut.
Dari gambar di atas, yang digunakan dalam desain adalah gaya geser pada jarak dari muka kolom, bukan . - Jika di antara muka tumpuan dan penampang kritis terdapat beban terpusat yang besar, maka diambil pada penampang balok tepat di muka tumpuan.
- Jika pada penampang yang sedang ditinjau gaya gesernya terdapat momen lentur yang signifikan, maka pengaruh momen lentur tersebut boleh dimasukkan ke dalam perhitungan :
SNI menggunakan kata "boleh", artinya tidak harus dilakukan. Akan tetapi pengaruh momen lentur sebaiknya diperhatikan karena kadang pada kondisi tertentu justru memperkecil nilai . Akan tetapi, SNI membatasi nilai tidak boleh melebihi 1.0. Jika ternyata melebihi 1.0, maka nilai yang dipakai adalah 1.0.
Langganan:
Postingan (Atom)